Jumat, 27 Agustus 2010

Hmm... mau di kasih judul apa ya...??

Rabu, 30 September 2009

"Pulang kuliah nanti kita ke pasar yuk teman." Ajakku kepada beberapa org teman dekatku. Awalnya mereka mengiyakan tanda setuju. Tapi, tiba2 di pertengahan perjalanan mereka memutuskan untuk membatalkannya dengan alasan cuaca ketika itu sangat panas.
Aku pun tidak memaksa mereka lagi dan juga memutuskan untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah, aku tidur setelah melaksanakan shalat dan makan.
Kira2 pukul 4 kurang, adzan ashar berkumandang dan membangunkanku dari tidur siang. Entah kenapa, hal yang aku fikrkan sesaat setelah bangun adalah, "Aku ingin ke pasar hari ini juga". Padahal itu sudah cukup sore untukku menuju ke pasar.
Aku bangun dari tempat tidur, mandi dan bersiap2 menuju ke pasar. Satu hal yang terlintas dan tujuanku ke pasar ketika itu adalah "aku ingin membeli beberapa helai baju sehari2 dan membeli sebuah tas untuk kuliah." Dan aku tidak ingin menunda membelinya. Yang jelas, keinginan itu begitu keras ketika itu.
Sesampai di pasar, aku berfikir, "kemana aku harus mencari tas yang sesuai dengan keinginanku.?"
"Hmm.. mungkin sebaiknya aku ke Plaza Andalas dulu melihat2 tas yang dijual d sana, setelah itu baru ku lanjtkan membeli beberapa pakaian." gumamku dalam hati.

Di depan "HAWAI", aku berdiri menunggu mobil yang menuju Plaza Andalas. Sampai di Plaza mungkin sekitar pukul 5 sore. Aku sendiri mengelilingi lantai pertama. Bosan berlama2 di lantai pertama, aku melanjutkan ke lantai ke dua. Merasa ada yang aneh, "kenapa hari ini Plaza (Ramayana) tampak lebih sepi dari biasa?" Ujarku dalam hati.
Sama seperti saat sebelumnya, aku pun bersikeras untuk lanjut ke lantai 3. Hmm.. entah apa yang mendorongku untuk menjelajahi lantai demi lantai Plaza tersebut hari itu. Yang jelas, kuikuti saja apa yang hatiku inginkan. Aku naik ke lantai 3 dan ternyata keadaan tidak jauh berbeda. Suasananya masih tampak sepi, bahkan ada beberapa stand kasir yang kosong. Dan waktu aku berada di beberapa lantai tersebut sangat singkat. Sekedar berkeliling, kemudian berpindah ke lantai selanjutnya. Hanya lantai 4 saja yang tak sempat kumampiri sejenak ketika itu.
Setelah mampir di lantai 3, aku langsung turun ke bawah dan langsung keluar dari Plaza tersebut.
Kira2 setelah berjalan 200 meter dari Plaza, tiba2 badanku tak terkendali. Semua nya berguncang. Benar2 tak dapat dikendalikan !
Ya Allah... gedung yang berada di seberang, tepat di depan jalan yang aku lewati tiba2 rubuh. Semua yang ada di hadapnku pun menjadi gelap karena debu. Sejenak aku mencoba mengendalikan badanku karena takut akan terjatuh akibat gocangan yang begitu kuat. Setelah semua mulai mereda, Aku berlari dari lingkaran debu tersebut dengan nafas yang tersengal2. Hanya beberapa langkah saja lepas dari debu itu, aku merasa sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Jika kulanjtkan, mungkin aku akan pingsan, pikirku. Bagaimana tidak? Denyut jantungku saja sudah tidak karuan ketika itu, apalagi harus dipacu lagi dengan nafas yang sangat sulit untuk dikendalikan.
Kemudian, ku putuskan untuk hanya berjalan, meskipun tentu saja jalanku itu tdk seperti jalan santai. Tetap saja aku harus sedikit memacu laju perjalananku karena keadaan sekitar sudah menambah kekhawatiranku.

"Ini gempa dahsyat pertama yang kurasakan. Apalagi saat itu aku berada jauh dari rumah. Tak ada seorang teman pun yang menemani perjalanananku."

sesaat banyak orang2 berteriak. Ya.. namanya juga pasar, tetntu saja akan terlihat banyak orang yang tampak begitu panik. mereka berlarian seolah tak mempedulikan apa pun lagi.
Hal yang aku fikirkan ketika itu adalah, "Jika aku menoleh ke belakang, lurus di hadapanku adalah PANTAI ! Yap.. jarak ku dengan pantai ketika itu hanya hitungan beberapa ratus meter saja. Mungkin tidak lebih dari 500 meter."
Sementara, banyak orang mengatakan, "Mungkin saja ini akan mengakibatkan TSUNAMI !"
Ya Allah....
Aku langsung menangis dan benar2 pasrah. Aku merasa bahwa hari itu adalah hari terakhirku berada di dunia ini. Aku membayangkan bahwa sebentar lagi akan ada arus yang membawaku pergi, tenggelam, kemudian menjadi tontonan bagi orang2 banyak di luar sana sebagai korban jiwa.
Sendiri.... sambil berjalan sendiri dalam keramaian, aku menangis sambil memohon pada Rabbku. Dan hal yang ku ingat adalah keluargaku di rumah. Aku meminta agar Rabb mengampuni dosa2 ku dan menyelamatkan keluargaku di rumah.
Untung saja aku pernah belajar Asma'ul Husna dan mengafalkannya. Aku pun mengingat2 hal itu dan kuucapkan dengan suara yang bisa di dengar oleh orang2, bukan hanya dalan hati, tapi lewat lisanku dengan diiringi oleh tangisan dan tangan yang tengadah sambil berdo'a sambil berjalan. Hmm.. jika ku fikir2, mungkin jika org2 ketika itu tengah sadar dan memperhatikanku, mereka mgkin akan tertawa melihtku. Aku seolah berbicara sendiri dengan suara lantang. Aku tidak mempedulikan sekitarku akan berkata apa, karena ku fikir, ini bukan saatnya untuk tertawa atau pun menertawakan. Tapi ini saatnya untuk berdo'a dan Pasrah !

Di tengah perjalanan, sebenarnya aku sempat melihat beberapa gedung yang rubuh, seperti Sentral Pasar Raya, Gedung Gama (yang di mana di gedung tersebut cukup memakan banyak korban). Di samping kiri ku berjalan, Tepat di depan gedung Gama ketika itu, masih sangat jelas ku lihat seorang anak tengah tampak benar2 shock dengan keadaan ini. Ia hanya terpelongo sambil menangis2, berdiri dan memperhatikan org2 yang berlarian di depannya. Sepertinya ia adalah satu2 nya atau salah satu siswa gama yang selamat ketika itu. Yang jelas, aku hany melihat dia seorang saja ketika itu. Sedangkan orang2 yang berlarian di samping kananku punya banyak keadaan dan kondisi yang berbeda2 pula. Ada yang menangis, menggendong anak2nya, bahkan ada juga yang masih berpakain mukenah lengkap dengan darah2 yang menempel pada mukena tersebut.
Jika aku berada dalam keadaan sadar, mungkin aku sudah pingsan melihat darah2 dari orang2 yang ikut berlarian bersamaku itu, tapi Alhamdulillah Tuhan menguatkan ku hingga aku tetap merasa kuat dalam keadaan ini.

Entah apa yang menuntunku memilih jalan demi jalan yang ku lalui ketika itu. Satu yang ku yakini bahwa ini adalah kata hati dan kata hatiku tengah dituntun oleh Rabbku.
Aku berlari dari (nama jalannya gak tau, yang jelas, jalan dr Plaza Andalas ke arah masjid Muhammadiyah) -> air mancur dekat matahari -> Lapangan Imam Bonjol -> Tarandam -> Ganting -> Jalan Sisingamangaraja -> Nembus Ke Banda Bakali, Simp. Haru -> Andalas -> Anduring -> Katapiang -> Jalan Tunggang (rumahku).

Sepanjang perjalanan, banyak hal yang terjadi. Lepas dari gedung2 yang rubuh, korban2 yang terluka, aku juga bertemu dengan beberapa orang dengan pengalaman yang berbeda2 pula.
Awal perjalanan d pasar itu, sebenrnya ketika berada di Depan kantor Wali kota (di Depan Lapangan hijau Imam Bonjol Padang), aku berusaha mencari pertolongan. Aku berharap akan ada seseorang yang mau memboncengiku beberapa jarak saja agar aku bisa lebih dekat dan cepat sampai di rumah.
Sambil berjalan, ku perhatikan bagian sebelah kiriku, berharap akan ada seseorang yg tengah membawa motor sendirian sehingga aku punya kesempatan untuk diboncengi.
Ku lihat ada seorang Bapak2 yang tengah membawa motor sendirian, aku memanggilnya seolah aku kenal dengannya, "Pak,,!". Bapak itu pun berhenti dan menoleh ke belakang. "Boleh saya numpang sama Bapak?" tanyaku penuh harap.
"Maaf, Nak, saya juga tengah mencari anak saya." jawab beliau kemudian berlalu begitu saja.
Aku tidak dapat berkata dan berkesimpulan apa2. Kulanjutkan perjalananku dan terus berusaha mencari tumpangan.
Beberapa kali memberhentikan orang yang tengah bersepeda motor, aku tidak mendapatkan satu tumpangan pun. Akhirnya ku putuskan untuk tetap berusaha berjalan sendiri.
"Mungkin akan lebih baik jika saya jalan kaki. Akan lebih cepat jika dibandingkan dengan pake motor, apalagi dalam keadaan macet begini." gumamku sambil mnghibur diri sendiri.

Sambil berjalan sendiri, aku tetap mencari2 gedung bertingkat yang masih utuh, yang aku harapkan jika nanti air naik, aku bisa menyelamatkan diri ke atas gedung tersebut.
Dalam perjalanan, jika ku sebutkan satu persatu, sungguh terdapat berbagai macam tingkah manusia. Yang paling tampak jelas adalah bagaimna manusia saat itu ternyata saling mementingkan dirinya sendiri.
Bahkan, di jalan aku sempat terjatuh akibat ada kulit pisang di jalan. Untung saja tidak membuatku terluka atau kesakitan. Aku langsung berdiri dan kembali berjalan lebih cepat. Tak lama setelah itu, datang pula seorang kakak2 yang tengah membawa sepeda menyerobotku dan tetap melajukan sepedanya sementara kakiku berada tepat di roda sepedanya. Sungguh Allah menyayangiku ketika itu sehingga aku masih saja tidak terluka sediktpun. Untung saja ketika itu aku bisa bergeser ke sebelah kanan. Klu tidak, sepeda itu akan tetap membawaku melaju ke depan.

Setelah dua insiden kecil itu terjadi, aku tiba2 ingn bersama seseorg. Aku berharap akan pulang dan berjalan dengan beberapa org untuk menemaniku di perjalanan. Ku lihat ada beberapa gadis berjilbab besar. Ku dekati dn kuajak berbicara. Katanya, dia tinggal di Lubuk Lintah. Dan itu berarti tdk jauh dr rumahku. Aku senang dpt teman yang searah denganku. Tapi, aku merasa tdk nyaman. Kenapa? karena mereka berjalan teramat pelan. Sedangkan aku tdk terbiasa dengan jalan sepelan itu. Apalagi keadaannya seperti ini.
Ku putuskan untuk meninggalkan mereka dan jauh berada di depan mereka. Ku fikir, ini saatnya bukan sekedar pasrah, tapi sebuah usaha juga sangat penting. Karena aku yakin, Tuhan selalu menginginkan Hamba_Nya untuk selalu berusaha.

Sesampai di Simp. Haru, tepatnya di TUGU simp. haru tsb, ternyata manusia lebih ramai lagi. Masya Alah...Mencari celah saja sulit.
Aku memilih jalan yang bisa nembus ke jalan Bandar Kali. Di pertengahan jalan, aku bertemu dengan seorang kakek, "Nak, kamu dengan siapa? Dari mana? Mana Ibumu?Alamatmu di mana?" tanya beliau.
"Saya sendirian Pak, Tadi saya dari pasar, saya ke pasar tanpa Ibu saya.Saya tinggal di jalan tunggang, psar ambacang" Jawabku.
"Waduh.. kasihan sekali kamu, Nak.. "lanjut beliau yang tampak mengasihiniku. Padahal aku sendiri lebih kasihan kepada beliau. Bapak setua itu harus berjalan sendiri, apalagi dia tampaknya tdk sekuat aku jika diperhatikan sepintas lalu.
Tapi, sementara aku berfikir,"Apa Bapak ini akan kuat sampai d rumahnya?", tiba2 aku kehilangan beliau. Dan ternyata beliau sudah jauh berjalan di depanku.
Masya Allah... jalan beliau ternyata jauh lebih cepat dibanding aku. Tapi aku senang melihat Bapak itu bisa berjalan sekuat dan secepat itu.. ^_^
Dari jauh kuperhatikan beliau, aku tersenyum melihat jalannya yang ternyata lebih kencang dr gerombolan gadis yang kutemui d pasar sebelumnya. Benar2 bapak yang penuh semangat.. Aku SALUT.

Sesampainya di Bandar Kali, aku melihat suatu yang tak biasa lagi. Bayangkan, mereka (manusia2 yang saking ketakutannya), enggan menyeberangi jembatan Bandar Kali tsb dan memilih untuk berjalan di bawah jembatan. Mereka malah melintasi air di bawah sana. Bahkan ada beberapa org yang menurunkan dan mengangkat motornya sendiri ke bawah jembatan. Jika difikir2, dalam keadaan normal, mengangkat motor sampai ke atas seperti itu cukup sulit dilakukan. Tapi mungkin karena kekuatan Rabb lah mereka bisa melakukannya.
Sedangkan aku sendiri tdk mengikuti langkah banyak org itu. Aku takut untuk berjalan di bawah karena sepertinya cukup sulit bagiku untuk turun. Akhirnya kuputuskan untuk tetap berjalan di jembatan, sambil berlari dan dengan perasaaan was2 krna takut jika tb2 jembatan itu rubuh. Sama seperti ketakutannya org2 yg memilih untuk berjalan di bawah jembatan td.

Setelah lepas dr jembatan itu, berarti aku sudah memasuki daerah Andalas. Di sana, ketika aku berjalan sendirian, tiba2 aku teringat pada handphone ku. Kulihat dan selalu kuperhatikan. Berharap akan ada telon atau sms yang masuk untuk menanyakan kabar dan keberadaanku. Sayangnya, setelah kuperhatikan, ternyata saat itu sinyal menghilang sehingga tdk mungkin akan terjadi komunikasi antara aku dan keluarga ku d rumah.
Sesampai di Andalas itu, aku benar2 ingin cepat sampai d rumah... Memang sudah sedikit lega krna setidaknya hanya tinggal sekitar 2 km lagi sampai d rumah. Kulangkahkan kaki lebih cepat.

sampai di daerah Anduring (nama daerah kecilnya Bariang), aku merasa benar2 lelah. Rasanya kakiku sangat berat untuk melangkah. Akhirnya aku melihat seorang Bapak2 yang kuyakini seorang tukang ojek krna dilihat dr ciri khas jaketnya. "Pak.. Bapak bisa antarkan saya ke Jalan Tunggang?" (permintaanku entah dengan wajah seperti apa).
"Maaf, Nak.. Bapak tdk bisa. Rumah Bapak dekat sini, jadi Bapak ingin jaga2 d sini saja. Kamu numpang sama orang itu saja" (jawab Bpk tersebut sambil menunjuk dua org lelaki dan pria yang tengah berboncengan dan jelas2 sdh tdk akan ada tempat bagiku untuk duduk d tengah2 mereka.

Dengan penolakan dan penolakan yang sdh beberapa kali kuterima, akhirnya adku tetap melangkah meskipun semakin lama kakiku hanya dapat melangkah semakin pelan. Sampai di dekat Simp. By pass, hari sudah tampak cukup gelap. Melihat simp. By Pass itu, aku semakin bersemangat. Lepas dari Simp. ini adalah kawasan rumahku. Jiakalu pun aku harus jatuh di sana, kufikir org2 akan mengenalku dan berharap bs mengantarkanku sampai di rumah.

****** Di Simp. By pass, aku membeli sesuatu dan jika ku ingat2, tingkahku ketika itu benar2 konyol.. benar2 pemikiran anak2 dan sepertinya tdk perlu diceritakan krna cm akan bikin malu saja.. (Kalau diceritakan, sama aja artinya dengan ria yang tak patut diriakan. LOH?? bnr2 bikin malu saja :P)

Melangkahkan kaki selama itu, dengan pengalaman itu, dengan segala apa yang terlihat dan kurasa, akhirnya.... ALHAMDULILLAH.... aku sampai di depan gang rumahku. Keadaan d sana sudah gelap krna selain memang sdh malam, lampu pun mati sejak sesaat setelah gempa.
Entah apa yg kufikirkan ketika itu, yang jelas aku hampir tdk percaya klu aku msih bs sampai d rumah.. ternyata Allah masih memberikan aku kesempatan untuk melihat dunianya terutama Mama dan papaku.

Beberapa langkah dr pintu rumah, ku lihat papa, mama, adik, dan beberapa org tetangga tengah berdiri d halaman rumahku.
Mereka semua hanya terdiam melihatku. Entah apa yang ada dalam fkiran mereka saat itu. Yang jelas, aku juga tdk bertanya krna sampai d rumah, aku langsung duduk di teras rumah dengan diikuti oleh pandangan beberapa org tadi. Dan tetap saja, aku masih tdk peduli dan tdk berkata apa2 selain memijit2 kakiku sembari mengontrol pernafasanku yg tampaknya sangat ingin ketenangan.
hmm... mereka tampaknya benar2 heran melihatku bisa pulang krna yang orang tuaku tahu, tadinya aku pamit mau pergi ke pasar dan mereka dengar banyak korban jiwa d sana (dr radio).
Selepas beberapa menit aku dibiarkan menenangkan diri, papa meminta mama untuk mengambilkan air putih untukku. Ku minum kemudian beristirahat di atas tikar yang disediakn mama d teras rumahku.
Sementara itu, tetanggaku tampak asyik membicarakan aku yang berhasil sampai di rumah setelah menempuh perjalanan dr pasar dengan berjalan kaki. Sayup ku dengar salah seorang Bapak berkata, "Kasihan anak itu." Dan ini berarti untuk keduakalinya aku dikasihani oleh seseorg hari itu.
Aku hanya bisa membayangkan betapa bersyukurnya aku bs selamat sementara org2 tengah sibuk memperbincangkan bhwa di luar sana korban jiwa semakin bertambah...

Ya Allah... betapa Engkau menyayangi hamba....

******
beberapa hari berikutnya, setelah komunikasi sdh bisa dilakukan via telfon or sms, aku mendapt sms dr seorg teman yang menanyakan kabarku. Ku katakan bahwa aku baik2 saja. Kemudia ia mengatakan,"Syukurlah vi.. soalnya kami dengar vivi waktu itu kan lagi di pasar (memang sebelum ke pasar aku mengajak salah seorg temanku waktu itu, sayangnya dia menolak dn aku tetap kekeh ingin pergi sendiri), jadi kami ada dapat kabar klu vivi skrg di rumah sakit."

Mendengar hal itu, aku hanya bisa tersenyum dan tetap mengatakan bhwa aku baik2 saja. Apapun berita yng mereka terima tentangku, paling tidak, aku masih sehat sampai saat ini..

ALHAMDULILLAH....


*******
cuma itu yg bisa diingat.. :-)

Sabtu, 07 Agustus 2010

JALAN

BismiLLah...

Minggu, 8 Agustus 2010.
Apa yang aku fikirkan???

Ini bukan masalah pilihan, tapi ini masalah jalan.
Jalan mana yang akan aku ulangi atau jalan mana yang akan kutempuh nanti.
Apakah akan kembali atau malah menemukan jalan baru. Kemudian, apa jalan itu punya banyak cabang hingga sulit bagiku untuk memilih? entahlah.. bahwa ujung dr setiap perjalanan tdk pernah akan diketahui oleh manusia.

Aku sekarang hanya mampu berdiri di persimpangan ini.
SENDIRI....
yaph.. aku harus lama berdiri d sini .. Berharap aku mampu melihat dan mengintip ujung dr jalan itu.
SEMOGA...

Jumat, 06 Agustus 2010

Hp ku sayang, Bajunya longgar.

Yaph... hari ini, Jum'at,6 Agustus 2010.

Pagi hari dijalani dg kegiatan seperti biasa.
siang, kira2 jam2 istirahat (14.00 WIB), dtg sms dr bibi yg berada di tunggul Hitam sana. Ada hal yang mau dikasih bibi buat vi..
Yaph, hal itu adalah janjinya Bibi yang udah lumayan lama gak pernah vi tagih2.. Maklum , gak bisa nagih janji sih,, Kalau dikasih ya syukur, gak dikasih ya gak apa2...Toh yang janji itu juga yg bakal nanggung akibatnya.. ya Gak..??hehehe

Nah... gini nih.. nyampe di rumah bibi, ternyata gak cukup dikasih hadiah aja, ternyata bibi juga minta tolong buat anterin sepupunya vi ke salah satu Universitas di kota padang ini..
ikhlas se ikhlasnya nganterin tuh sepupu.. tapi... setengah perjalanan, tiba2 dia teriak. Beuh,, kirain ada apaan, eh ternyata STNK dijatuhin sama dia..
Untung aja gak kebawa angin tuh.

***
Nyampe di univ tersebut, pas mau buka helm, ternyata tuh helm malah nyangkut di kepala ni,, gak mau dibuka2... Alamak...mudah2n aja td tuh gak ada yg meratiin.... Cukup lama berdiri di parkiran buat buka tuh helm, akhirnya bisa kebuka juga dg paksaaan.

***** Ditengah perjalanan mau plg, sepupu teriak lagi.. "UNI..."
vi berenti n dia turun. Pas vi liat ke belakang, eh.. ternyata skrg yg jatuh bukan hanya STNK aja, tapi helm serta HP vi yg vi titipin k dia juga ikut2n jatuh,,,

Wah,, nyampe d rumah bibi, baru deh vi periksa tuh HP, untung aja masih bisa dihidupin. Tapi baju tuh HP udh gak utuh lagi ternyata...

*****
nyampe di tempat kerja juga telat.

Gk apa2 deh.. untung aja cuma HP yg jatuh, coba klu saya, psti gak bakal dibolehin lagi tuh bawa motor..


__ hehehe.. ceritanya gak penting ya... makanya, siapa suruh juga baca nih cerita..?? Wong vi bikin gara2 gak ada kerjaan aja kok..
eh, nyambung gak tuh sama judulnya?? pasti nyambung kan?/ yg penting kan masih ada HP nya juga..
:D





aku

aku
belum punya ide mau nulis apa